Hello everyone welcome back to
my blog
Minggu lalu aku mengikuti
kelas online yang diadakan dari BEAUTIESQUAD
yang bekerja sama dengan beauty journal dari
sociolla yang membahas tentang seputar kecantikan. Tapi bukan hanya modal cantik
aja juga harus bisa menulis berdasarkan pendapat kita sendiri. Mungkin bagi
yang masih pemula akan bingung dengan topik yang akan dibahas untuk setiap
minggunya karena dibutuhkan kerja keras, keuletan dan kedisiplinan untuk memnemukan
suatu ide dan riset supaya artikelnya tepat sasaran.
Pembahasan mengenai How To Write A Good Beauty Article ini
akan dikupas tuntas oleh Grisselda Nihardja
yaitu salah satu dari Lead Editor
dari Beauty Journal dan senang banget bisa kenalan langsung sama beliau. Tanpa
berlama - lama langsung saja simak pembahasannya.
Dari situs webnya, Beauty Journal sendiri adalah media
online yang menyuguhkan konten beauty dan lifestyle untuk menemani semua aspek
hidup anda. Setelah kurang lebih hampir 2 tahun menjadi partner sejati wanita
bersama Sociolla untuk menyuguhkan konten - konten kecantikan yang praktis dan up to date, kini Beauty Journal juga menghadirkan kanal lifestyle. Bebagai panduan
dan tips mulai dari karir, kesehatan, hingga relationship turut kami hadirkan
untuk menemani anda menuju gaya hidup yang seimbang dalam mencapai kebahagiaan.
Beauty
Journal juga dikenal sebagai komunitas para beauty blogger yang untuk saling mereview dan meekomendasikan
produk kecantikan terbaik. Jadi kita semua ditampung dalam satu wadah bersamaan
dengan Sociolla sebagai Online Marketnya.
Beberapa penulis sangat kesulitan untuk menentukan ide, tak jarang yang belum
mulai menulis tapi sudah “mentok” ide di Beauty
Journal setiap hari bisa publish 10 artikel per hari. Jadi, kalau mencari
ide memang perlu ngulis dan aware dengan
hal - hal disekitar maupun diluar circle kita.
Yang paling utama saat mncari
ide artikel adalah cari dulu apa yang
lagi trending. What’s trending on
Social Media? Bisa lihatdi Instagram, Youtube, atau kalau masih main
Twitter, bisa juga lihat disana. This is
one of great sources, karena sekarang semua orang pasti punya social media.
Next
source to find ideas is from people around us. Teman - teman dikantor
lagi ngomongin apa sih? Atau teman - teman disekolah / kampus, teman arisan /
rumpi, atau saudara lagi asik bahas apa? Ini juga bisa jadi sumber ide kita
untuk menulis artikel. Misalnya dikantor Beauty
Journal obrolan pas makan siang lagi pada saling tanya ni anak - anaknya, lipstick
lokal favoritnya apa. Ya kami tim editoral jadi ngeh, “ohh, kita bikin aja
beberapa artikel seputar lipstick lokal belum pernah nih dibuat di BJ.”
Sumber lainnya yang bisa
dipakai adalah Google Trends langsung
saja buka link nya di https://trends.google.com/.
Walau nggak spesifik banget datanya (karena ini free), at least kita ada
gambaran apa sih yang banyak nongol disana. Seperti contoh Search “lipstick”, lokasi
sudah di set di Indonesia, dan waktunya 3 bulan terakhir (menggunakan Google
Trends) hasilnya kaya gini, ada relate
topics, dan ada relate queries.
Kadang memang hasil yang
muncul agak “apaan sih nih” tapi ada juga insight
yang bisa kita ambil. Aku jadi tahu malah ada brand Ozera. Lalu jadi
kelihatan juga kalau lipstick pixy dan lipsticknya Ivan Gunawan banyak juga
yang nyari. Hal - hal seperti ini bisa jadi peluang kita sebenarnya untuk buat
artikelnya.
Untuk ide - ide artikel, supaya
rapi sebaiknya kita punya file khusus untuk menyimpan semuanya. Setiap orang
bisa punya metode cara nyimpan ide yang berbeda - beda, sesuaikan dengan
selera. Bisa se simple kita nulis di notebook / planner, bisa juga kita buat
di microsoft excel / google spreadsheet, atau bikin dokumen sendiri di
microsoft word / pages / google docs untuk list down all the ideas. Nah, sumber
ide ini kalau sudah aman, kita mulai ke artikelnya.
Beauty artikel sendiri
memiliki tipe yang bermacam - macam, jadi sebelum kita nulis harus tahu dan
ditentukan dulu mau seperti apa. Umumnya, beauty
article punya tipe seperti ini:
- Produk Rekomendasi
- Review
- Tips
- Tutorial
- Interview
Treatment
untuk
masing - masing tipe itu pun berbeda - beda, dan sebagai penulis, usahakan
untuk cover important aspects dari
tiap - tiap tipe artikel yang kita buat. Kalau review, sudah pasti perlu ada
beberapa point yang dibahas seperti kemasan, klaim, ingredients, cara pakai, pendapat, harga produk dan bisa beli
dimana. Misal kalau kita nyorotin soal kemasan, kelihatan simple ya, tapi
mungkin ada informasi orang lain nggak bisa tahu kalau belum pernah pegang atau
pakai produknya. Sesimple kita beli setting spray, eh tapi pasti dipencet spray
nya nyebarnya nggak rata atau malah terlalu kencang. Hal - hal seperti ini yang
perlu disampaikan ke pembaca supaya mereka lebih aware juga.
Untuk rekomendasi, kita juga perlu jelaskan secara singkat
apa yang bagus dari produk-produk tersebut.
Misal kita mau
buat artikel 5 rekomendasi liquid foundation merek lokal. Nah, di isinya, kita
perlu kasih tahu beberapa informasi untuk tiap produk.
Apa yang buat
produk itu beda dari yang lain?
Apakah harganya,
ingredient-nya, pilihan warnanya yang banyak?
Sebisa mungkin
dikasih tahu alasannya.
Kalau tips,
usahakan mulai dari tips yang practical dan bisa membantu pembaca. Kalau
tips-nya sulit dan merepotkan untuk dilakukan/dibuat (misal, harus cari bahan
xxxxx di Pasar xxxx. Ya gimana ya, tidak semua orang tinggal di kota yang sama
atau mau niat ngubek pasar). Semakin tidak practical, audience yang
bisa kita engange makin dikit.
Nah, interview juga
penting. Siapa tahu di sini ada yang datang ke event-event product
launch tertentu, bisa sekalian interview brand manager atau
orang-orang di balik event itu untuk artikel. Sebelum interview, kita
harus tentukan tema besarnya, mau menyoroti dari angle mana,
lalu kembangkan pertanyaan-pertanyaan untuk tema tersebut. Usahakan untuk tidak
menanyakan pertanyaan yang terlalu umum, atau kalau memang perlu nanya
pertanyaan umum buat mencairkan suasana dulu. Yang penting jangan
kebanyakan/keterusan.
Artikel tutorial
dan semua tipe artikel perlu dikasih foto/image pendukung yang
bagus. Orang suka lihat foto. Foto/image yang kita taruh di dalam
artikel juga bisa bantu readers supaya nggak bosan. Kalau 1
artikel 700 kata isinya tulisan semua, potensi orang untuk close tab atau
bosan semakin tinggi.
Aku sambil share
di Beauty Journal ya. Di sini juga ada beberapa penulis yang pernah kirim
tulisan ke BJ pasti udah tahu. Semakin jelas struktur artikel, semakin
mudah juga saat ditulis. Versi singkat mungkin bisa dari poin-poinnya. Contoh
aku buat artikel tentang kesalahan pakai foundation. Kalau cuma nulis ide
"Kesalahan pakai foundation" saja, pas waktu nulis bisa buang-buang
waktu isinya mau dibikin kaya gimana. Lain cerita kalau saat nulis ide, sudah
ditulis juga poin-poin pembahasan di dalamnya mau seperti apa.
Misal: Kesalahan
seputar aplikasi foundation
- Belum
melakukan skin prep dengan baik
- Pakai
foundation saat primer masih basah
- Menggunakan
aplikator yang kotor
Semakin jelas
apa saja yang mau dibahas, semakin enak kita nulisnya. Kalau bisa, saat taruh
ide, sudah ada juga kerangka besar artikel untuk memudahkan diri kita
sendiri.
Grissel pernah baca tulisan dari CMO
agency luar, dan setuju banget sama kata-kata dia. Artikel yang bagus bisa buat
pembaca itu antara lain:
- Belajar
sesuatu
- Melakukan
sesuatu
- Merasakan
sesuatu
KESULITAN SEBAGAI CHALLENGE
Artikel yang bagus akan mendorong
pembacanya untuk ikut coba (bisa tips/tutorial/produk), merasakan suara/opini
dari penulis (bisa bagus/buruknya produk, atau merasa relevan dengan
pengalaman/ceritanya).
Tim BJ lebih
menganggap kesulitan sebagai challenge biar optimis semuanya
bisa dilalui. Challenge di Beauty Journal gak jauh-jauh seputar mengolah 1 topik untuk
jadi beberapa angle yang berbeda dan fresh. Karena kami online media yang setiap hari harus menaikkan
artikel-artikel dan topik di kolom "Beauty" kan seperti yang kita
tahu itu-itu saja, gimana caranya supaya bisa selalu ada artikel yang fresh itulah
yang jadi challenge kami setiap harinya.
Solusinya lebih
ke melatih tim editorial untuk punya skill mengolah topik yang
lebih kreatif. Misalkan dari 1 topik "lipstik lokal", sebenarnya
banyak angle yang bisa kita bahas. Contoh:
1. Rekomendasi
Lipstik Lokal Bernuansa Nude yang Tidak Buat Wajah Terlihat Pucat
2. 5 Brand
Lipstik Lokal yang Perlu Anda Ketahui
3. Lipstik Lokal
yang Harganya di Bawah Rp100.000 Namun Punya Kualitas Memuaskan
Cara berpikir
dan melatih untuk melihat angle dari berbagai macam sisi
inilah yang Grissele coba ajarkan dan terapkan di tim Beauty Journal.
STRUKTUR ARTIKEL
Sedangkan untuk yang masih awam soal
struktur artikel, pembuatannya kira-kira meliputi 3 aspek berikut:
1. Intro: be
creative, bisa menyoroti fear/desire, atau masalah
2. Isi artikel:
poin-poin penjabaran. Usahakan sistematis.
3. Closure:
kesimpulan, pertanyaan balik untuk engagement atau mengundang
audience untuk komen (call to action).
Be objective dan sebisa mungkin
hindari statement terlalu judgemental.
Di bagian isi
artikel, kita bisa break down per penjabaran dalam 1 subtitle supaya
pembaca lebih enak bacanya.
THE HONEST REVIEW
Mungkin ada dari kita yang kebingungan
soal the honest review. Apakah misal kita menulis review itu
harus yang baik-baik saja? Padahal beberapa diantara kita bahkan pernah merasa
tidak cocok dengan produk tersebut.
Grissel menjawab begini.
Saat menuliskan
produk-produk yang seperti ini, usahakan supaya tidak menghina produk/brand-nya.
Mengungkapkan pendapat atau pengalaman kita tentu harus, karena namanya
juga review. Cara mengemasnya yang perlu diperhatikan, usahakan
ditulis dengan cara yang sopan walau produk itu tidak semutakhir yang kita
harapkan. Bisa juga dicantumkan, kalau produk xxxx mungkin bisa lebih cocok
untuk pemilik kulit xxxx karena ada kandungan xxxx yang dikenal lebih cocok
untuk kulit xxxx.
Perlu hati-hati
jika memang kita ada kerjasama dengan brand yg sifatnya sudah
berbayar. Semua harus dikomunikasikan di depan terutama jika memang blm pernah
coba dan ada risiko kurang cocok sama kulit. Pada dasarnya brand suka review yg
informatif. Dan andaikan misal kita punya kulit berminyak, kalau diminta review
skin care untuk kulit kering jadi tidak cocok ya. Penting banget
diinfokan di awal dan jujur ke brandnya supaya tidak kusut di
kita.
On the flip side, kalau review kita
misalnya dikemukakan dengan cara yg baik dan sopan, bisa jg jadi insight atau
bahan pengembangan produk dari brand itu supaya lebih baik
lagi.
Beberapa brand bahkan
suka dan welcome banget dengan review dan
sudut pandang yang kritis. Balik lagi ke cara mengemasnya. Harus baik, sopan,
dan malah sertakan beberapa input.
Misal, mungkin
kalo kemasannya berbentuk pump bisa lebih hemat dan higienis.
Atau mungkin kalau warna foundation-nya dibuat lebih kuning sedikit
lagi, akan lebih masuk untuk banyak wanita Indonesia yang banyak punya warm
undertone.
Nah, kalau
seputar nulis dari yang lain/di luar tren --> tentu gapapa, kalo memang ada
topik yang sudah ingin sekali ditulis, go for it. Saran untuk
tren yang lagi hype/ramai diperbincangkan lebih ada hubungannya
dengan SEO. Kalau topik itu banyak dicari, chance untuk
nyangkut dan muncul di Google Search makin besar dan kita bisa ketambahan organic
traffic.
Kalau melihat
ide dari orang kan kadang jadi kebawa sama tulisan kita. Berapa komposisi
maksimal kemiripan dengan tulisan lain?
-> untuk
mengumpulkan bahan, kita perlu cari source dari minimal 2 - 3
sumber yang beda. Tiap orang punya gaya nulisnya sendiri-sendiri dan cara
memaparkan yang beda. Informasi yang sudah kita cek kebenarannya dari
sumber-sumber itulah yang perlu kita jelaskan dengan gaya menulis kita sendiri.
ANTARA BLOG PRIBADI DAN MENULIS REVIEW
FORMAL
Kalau untuk blog
pribadi, bebas, karena sifatnya memang lebih personal. Kalau untuk BJ, karena
media, semua penulis di tim editorial pakai kata-kata baku sesuai KBBI. KBBI
sudah seperti best friend untuk ngecek kata bakunya apa.
Ingat, baku,
tapi nggak kaku yang njlemit kaya nulis jurnal ilmiah lah kalau di BJ.
Penulisan beberapa kata nggak baku juga masih kami pakai kok, tapi tidak
mendominasi. Seperti saat nulis eyeliner ada yang bilang
"beleberan", ya itu gpp karena sudah sangat common di
Indonesia, tinggal di-italic aja untuk menyiratkan itu beda dari
yang lain/ tidak baku.
Tipe artikel
yang singkat (minimal 300 kata) di BJ biasanya untuk artikel yang
sifatnya beauty news. Kalau untuk artikel-artikel tutorial, tips,
biasanya 500 - 700 kata. Untuk review dan interview lebih
panjang lagi, bisa 800 - 1200 kata.
Tapi
masing-masing tergantung bahan dan pembahasannya juga. Kalau memang ada yang
dirasa perlu dijelaskan lebih, tentu jadi lebih panjang.
MODAL SEORANG BEAUTY BLOGGER
Saran Grissel, start dari
yang beneran masuk untuk bujet kita aja. Jangan sampai bela-belain potong bujet
krusial buat beli barang yaa. Apalagi sekarang banyak brand lokal
atau produk yang harganya lebih affordable tp offer kualitas yg gak kalah
sama high-end brand. Malah kadang ini bisa jadi ciri khas, bisa
jadi blog kamu memang dikenal buat spesialisasi review untuk
barang drugstore. Join community atau datang ke event2 juga
bisa jadi salah satu opsi. Biasanya di goodie bag ada beberapa
produk, nah itu bisa di-review juga
Untuk review,
mulai dari produk yang dipunya tentu tidak masalah, karena supaya bisa
kasih review yang lebih in depth, sebagai penulis
perlu beneran coba dan pakai produknya. Let's start with what we
have. Fokusin lebih ke cara mengemas review dan deliver informasinya
biar lebih menarik gimana ke pembaca. Saat blog sudah tergrooming dengan
baik, traffic makin oke dan segmen & engangement audience
juga makin oke, brand bisa lebih aware dengan kehadiran
blogmu.
Langkah - langkah bergabung di Beauty Journal
Sekarang
mengirim tulisan untuk Beauty Journal
juga bisa melalui register di SOCO, lalu pilih menu Write Article di sana. Kriteria penulisan yang dilihat adalah tulisan yang rapi (minim bahasa
gaol/manjahh), informatif (minimal bangettt 300 kata), relevan untuk pembaca BJ
(yang mostly usianya 18 - 35), dan juga lengkap dengan
gambar/foto pendukung.
Sekarang kami
lagi develop sistem poin untuk reward di
SOCO. Namun selain itu, artikel yang tayang di Beauty Journal bisa dapet exposure lebih
ke pembaca kami. Yang terseleksi pun akan di-post di social media
Beauty Journal sehingga bisa dibaca lebih banyak orang.
Itu saja penjelasan singkat dari kak
Grissel semoga kalian terinspirasi dan lebih semangat dalam membuat konten.
Intinya ketika bingung untuk membuat artikel yang berkualitas pastikan membuat
draft terlebih dahulu dan pikirkan tulisan apa yang ingin kalian buat supaya
hasilnya memuaskan. Jika gagal jangan mudah menyerah teruslah mencoba hingga
mencapai kesuksesan.
Buat kalian yang ingin tahu lebih lanjut
mengenai Beauty Journal silahkan kunjungi situs di journal.sociolla.com dan
untuk yang mau bergabung menjadi beauty blogger bisa kalian kunjungi komunitas BEAUTIESQUAD.
See you on my next post